Bank Dalam Rekaman Sejarah Dunia (Bag. 1)

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Bank Dalam Rekaman Sejarah Dunia (Bag. 1)

Pak JAYEN
Senin, 05 Desember 2022


Sangat sulit untuk menelusuri sejarah perbankan di dunia ini karena sejatinya, praktek perbankan atau lebih tepatnya disebut praktek seperti perbankan telah ada sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Artinya, perbankan sebagai sebuah lembaga keuangan, merupakan sebuah lembaga yang prakteknya muncul seiringan dengan pemenuhan kebutuhan kehidupan manusia terhadap perekonomian.


Setidaknya, jika bisa ditelusuri, praktek seperti perbankan ditemukan pada peradaban yang maju pada masa kuno dulu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Morawski (2002) hal ini bisa dilihat dari rekaman sejarah Bangsa Lydia di Turki, Fenisia di Suriah, termasuk Bangsa Yunani Kuno, Cina dan Romawi. Rekaman sejarah menyatakan bahwa koin pertama kali digunakan di Lydia sekitar tahun 660 SM. Heredotus, seorang dari Yunani Kuno menulis, “Mereka, orang-orang dari kerjaan kecil yang bernama Lydia adalah orang-orang pertama yang kita kenal menciptakan dan menggunakan mata uang emas dan perak; dan mereka adalah orang pertama yang melakukan praktek perdagangan secara eceran”. 


Bangsa Fenisia yang berasal dari wilayah Timur Tengah atau sekarang di Lebanon & Suriah yang merupakan daerah pesisir laut, terkenal sebagai pedagang hebat, selalu membawa barang dagangan dari suatu wilayah ke wilayah yang lain selain pandai membuat barang aksesoris dan sesuatu yang bernilai jual, telah mempraktekkan  aktifitas semacam perbankan ini untuk mempermudah aktifitas keseharian mereka. Bahkan lebih jauh lagi ke belakang, tahun 2000 SM, telah ada praktek pembiayaan yang dilakukan oleh para biarawan di kuil Anda di Chaldea, Babilonia, dalam bentuk pinjaman yang kepada yang membutuhkan modal kerja.


Sekitar awal tahun 1800 SM, sudah dikenal banyak barang berharga, salah satunya emas. Namun, menyimpan emas di rumah sangat rawan dicuri atau dirampok. Oleh karena itu, tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang berharga adalah rumah ibadah. Selain itu, karena bangunannya kokoh, banyak orang yang datang ke rumah ibadah dengan tujuan mulia, yakni beribadah. OIeh sebab itu, sangat kecil kemungkinannya orang-orang akan mencuri di rumah ibadah. Tempat ibadah yang pertama kali dijadikan sebagai tempat penyimpanan dan penitipan barang berharga (layaknya safety box di bank modern) adalah Mesopotamia. Kemudian yang lebih canggihnya lagi saat itu, agar supaya tertib dan beraturan, maka dibuatlah semacam peraturan bagi penyimpanan dan penitipan ini yang di sebut dengan Kode Hammurabi. Salah satu yang diatur dalam Kode Hammurabi adalah masalah pencatatan (baca: akuntansi). Dalam sistem semacam perbankan di Yunani Kuno, kuil-kuil selain sebagai tempat penyimpanan dan penitipan, namun juga dijadikan sebagai tempat atau lembaga kredit yang memberikan pinjaman dan menerima pinjaman. Dari fakta sejarah ini kemudian disimpulkan bahwa praktek semacam perbankan ini sudah ada dan berkembang baik di Babilonia, Mesir dan beberapa peradaban maju lainnya pada saat itu.


Pada abad ke-5 SM, barulah muncul kelompok bankir swasta. Secara umum, bankir pada saat itu terbagi kepada 3 jenis:


  1. Kollubistai: Bankir yang fokus kepada pertukaran uang;
  2. Danneistai: Bankir yang menawarkan jasa kredit atau pembayaran cicilan;
  3. Trapezitai: Bankir yang menerima deposito


Namun, dalam perjalanannya, sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang ahli politik ekonomi yang bernama Woyzbun (1927), profesi sebagai bankir tidak populer bahkan cenderung dihindari pada masa Yunani Kuno. Baru kemudian pada periode Helenisitik, stigma itu berubah secara signifikan. Periode Helenisitik atau era Helenistik adalah masa yang berlangsung setelah penaklukan Aleksander Agung. Istilah ini dikemukakan oleh sejarawan J. G. Droysen. Pada masa ini, pengaruh budaya dan kekuasaan Yunani mencapai pada puncaknya di Eropa dan Asia. Perubahan stigma negatif terhadap profesi bankir terjadi ketika dua pusat perbankan utama dibentuk. Yang pertama di Kota Alexandria, Mesir, dimana bank yang dioperasikan oleh Keluarga Ptolemaic melakukan aktifitas pertukaran uang, pemberian pinjaman atau tagihan keuangan. Kedua di Kota Rhodes, kota utama di wilayah Timur Yunani Kuno yang terletak di pesisir pantai. Operasional perbankan di Kota Rhodes ini berfokus pada peminjaman dan asuransi.


Pada abad ke-3 SM,  muncul bankir Romawi yang menjalankan aktifitas yang disebut Argentari. Argentari ini merupakan aktifitas perbankan semacam Trapezitar di Bangsa Yunani Kuno, yang operasionalnya terfokus pada penerimaan dan pengelolaan deposito. Dalam aturan operasionalnya, Argentari memiliki dua buku besar. Buku besar pertama untuk mendaftarkan transaksi dalam urutan kronologis sedangkan yang kedua berisikan akun debit dan kredit nasabah. Aturan ini yang kemudian, dalam dunia perbankan konvensional, dianggap sebagai dasar pengembangan akuntansi.


Pada abad ke-13, Italia muncul sebagai negara dengan aktifitas seperti perbankan yang dianggap lebih maju daripada negara eropa lain.  Hal ini dipengaruhi terutama oleh tingginya aktifitas perdagangan di Italia. Para bankir dari Italia memberi pinjaman kepada orang yang membutuhkan dana. Pada masa itu, orang-orang Italia, terutama mereka yang berasal dari wilayah Utara Italia, memang memiliki harta yang berlimpah alias kaya raya berkat kepiawaian mereka dalam berbisnis. Kemampuan bisnis orang Italia Utara pun semakin bertambah setelah berhasil menyusun buku bertajuk "double entry book keeping", yang mengajarkan tentang debit dan kredit. Pada waktu itu, sudah ada bank terkenal di Eropa bernama Bank Valensia pada 1171, yang kemudian disusul dengan munculnya Bank of Genoa dan Bank of Barcelona pada 1320 yang didirikan oleh hakim kota dan menawarkan pinjaman, menerima simpanan serta bertindak sebagai agen dalam pertukaran mata uang asing. 


Pada awal abad ke-14 M, ada dua orang keluarga bersaudara kaya raya di Kota Florence, Italia, yakni Bardi dan Peruzzi. Kedua orang ini kemudian membuka penerimaan uang dan menyalurkannya kepada para rentenir uang, yang disebut "papacy." Bardi dan Peruzzi memfasilitasi perdagangan masyarakat Italia dengan menyediakan alat tukar kertas kepada para saudagar. Alat pembayaran ini dibeli oleh debitor di satu kota yang kemudian bisa digunakan sebagai alat pembayaran di mana pun (sejenis cek). Kemampuan bank-bank di Florence ini lantas mendorong berdirinya cabang-cabang jasa keuangan lain bahkan sampai di luar Italia. Dari sini, mulailah terbentuk operasional dasar bagi layanan perbankan seperti yang kita kenal saat ini. Selanjutnya, kita akan diskusikan rekaman sejarah perbankan abad pertengahan dalam tulisan bagian ke dua.


Penulis :








Dr. Sofiandi, Lc., M.H.I.

Research Fellow di Fath Institute for Islamic Research, Reserach Fellow di IRDAK Institute of Singapore, Dosen IAI Arrisalah, Anggota Dewan Masjid Indonesia, Anggota ICMI Prov. Kepri, Pemimpin Redaksi ACADEMICS TV, Direktur Swara Akademika Indonesia Foundation.