Ribuan Massa Hadiri Haul Akbar Tuan Guru Sapat

Kategori Berita

Iklan Semua Halaman

Ribuan Massa Hadiri Haul Akbar Tuan Guru Sapat

Pak JAYEN
Sabtu, 04 Maret 2023

Surau Ad Din Sei Beringin Tembilahan

INDRAGIRI.com, TEMBILAHAN - Syaikh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad 'Afif bin Mahmud bin Jamaluddin Al-Banjari, Mufti Kerajaan Indragiri yang familiar dengan sebutan Tuan Guru Sapat diilahirkan pada tahun 1857 M (1284 H) di Kampung Dalam Pagar Martapura Kalimantan Selatan. Dan wafat pada 18 September 1939 M (4 Sya’ban 1358 H).

Tuan Guru Sapat adalah penerus generasi ke-5 dari Al-Arif Billah Maulana Syekh H. Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari. Barangkali Beliau menjadi 'alim karena berkah dari doa datuk Beliau.


Tuan Guru Sapat sejak kecil sudah dikaruniakan Allah kecerdasan yang luar biasa, sehingga mudah menghafal kitab-kitab ilmu. Kata cucu Beliau, Ustadz Zulfikri, saat membacakan manaqib Tuan Guru Sapat, Beliau sudah hafal semua kitab yang dihimpun dalam Majmu'at al-Mutun yang memuat sekitar 64 kitab matan sebelum usia 10 tahun. Beliau belajar kepada para 'alim di kampung kelahiran Beliau. Umumnya masih bibi dan paman Beliau yang juga para ahli ilmu. Dan Beliau sempat belajar ke Ranah Minang sebelum safar ke Makkah.


Selama menuntut ilmu di Makkah, Beliau berguru kepada Masyaikh yang mengajar di Masjidil Haram dan sekitar Makah pada waktu itu, antara lain: Sayyid Bakri Syatha, Al-'Alimul Fadhil Syaikh Ahmad Dimyathi, Al-Alimul Fadhil Syaikh M. Bafadhil Mufti Syafi'i, Al-'Alimul Fadhil Syaikh Umar Sambas, dan banyak guru lainnya yang membuat Beliau mendapat ijazah dan syahadah dari berbagai ilmu. 


Semasa menuntut ilmu, Beliau berkawan dengan sejumlah sahabat dari Indonesia dan Malaysia, seperti: Syaikh Jamil Jambek (Minangkabau), Syekh Ahmad Khatib (Minangkabau), Syaikh Muhammad Sayuti (Singkang), Syaikh Muktar (Bogor), dan lain-lain. Karena kecerdasannya, beliau pernah diamanahkan untuk mengajar di Masjidil Haram Makkah.


Setelah pulang ke Tanah Air, karena kealiman Tuan Guru Sapat, beliau pernah ditawarkan menjadi Mufti Batavia (Betawi) oleh Sayyid Utsman, tapi beliau tidak bersedia menerima, dengan alasan mau menemui ayahnya yang sudah lama tak berjumpa dengannya. Di Kelantan Malaysia, Tuan Guru Sapat juga pernah ditawarkan sebagai Mufti, namun dengan tawadhu', Beliau juga tidak menerimanya.


Ketika kealiman beliau masyhur di Kerajaan Indragiri, Sultan Indragiri Mahmud Syah membujuk agar Tuan Guru bersedia menjadi Mufti yakni seorang ahli agama yang ditugaskan oleh Sultan untuk memenuhi keperluan umat Islam khususnya dalam hal perkawinan, mawaris, pengadilan dan perceraian. Awalnya, permintaan Sultan tersebut ditolak secara halus oleh Tuan Guru karena alasan masih memiliki tanggung jawab sebagai pengajar di sebuah lembaga pendidikan. Selain itu juga Tuan Guru Sapat tidak menyukai akan sebuah jabatan.


Akhirnya dengan bujukan Sultan dan demi kepentingan syiar agama Islam di wilayahnya, Tuan Guru bersedia menjadi Mufti dengan syarat diantaranya beliau tetap tinggal di Sapat dan tidak mau menerima gaji dari kerajaan. Permintaan dari Tuan Guru tersebut disetujui oleh pihak istana dan pada tahun 1327 H/1910 M, Tuan Guru diangkat menjadi Mufti Kerajaan Indragiri hingga tahun 1354 H/1935 M.


Tidak semata-mata hanya menjadi seorang Mufti, Tuan Guru juga sering pulang pergi menggunakan perahu kecil dari Sapat ke istana Rengat, Indragiri, untuk memberikan pengajian atas permintaan Sultan. Bahkan sebagian pejabat istana pada hari-hari tertentu juga pergi ke Sapat untuk mengikuti majelis ta’lim Tuan Guru. 


Tuan Guru Sapat semasa hidupnya produktif menulis karya tulis, diantaranya, Asrār al-Shalāh min ‘Iddat Kutub al-Mu’tamadah (1320 H/1902 M); Al-Tadzkirat Linafsī wa Liqāshīrin Mitslī (1324 H/ 1906); ‘Amal Ma’rifat Serta Taqrīr (1332 H/ 1914 M); Syaīr Ibārāt dan Khabbar Qiyāmat (1332 H/ 1914 M); Pelajaran Kanak-Kanak Pada Agama Islam (1334 H/ 1915 M); ‘Aqa’id al-Imān (1338 H/ 1919 M); Majmu’ al-Ayāt wa al-Ahādits fī Fadhāil al-‘Ilm wa al-‘Ulama wa al-Muta’allimin wa al-Mustami’in (1345 H/ 1927 M); Syajarat al-Arsyadiyah al-Banjariyah wamā ul-Hiqa Biha (1350 H/ 1932 M); Takmilat Qaul al-Mukhtashar (1351 H/ 1932 M); dan Mauizhat Linafsī wa Liamtsālī min al-Ikhwān (1355 H/ 1936 M).


Keseluruhan karya Tuan Guru tersebut ditulis menggunakan aksara Arab berbahasa Melayu, populer dikenal dengan istilah tulisan “Jawi”. Semua karya-karya ini diterbitkan di negeri jiran Singapura, tepatnya di penerbit Mathba’ah al-Ahmadiyah yang didirikan oleh Raja Muda Riau Muhammad Yusuf tahun 189l.


Kata Ustadz Zulfikri, Tuan Guru Sapat adalah seorang ahli ilmu yang suka bertani dan berdagang. Dimana berlabuh, beliau buka lahan untuk pertanian. Hasil pertaniannya dijadikan sebagai biaya untuk pengelolaan madrasah dan biaya hidup santri yang belajar kepada Tuan Guru Sapat. Pertanian yang Beliau rintis umumnya juga ikut memajukan perekonomian masyarakat sekitarnya.


Semoga Allah rahmati Tuan Guru Sapat. Dan keberkahan ilmu serta keshalihaan Beliau juga mengucur kepada kita yang masih hidup saat ini. Amin. Ujar Aswandi .