Breaking News

Inhil Siap Jadi Pemasok Utama Sabut Kelapa untuk Industri Biometanol di Batam


INDRAGIRI com, TAGARAJA - Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) berpeluang besar menjadi pusat suplai sabut kelapa untuk produksi biometanol skala industri. 

Dalam diskusi "Pemberdayaan Sabut Kelapa" yang digelar di Hotel Puri, Sungai Guntung, pada Rabu sore, 26 Februari 2025, para pemangku kebijakan dan pengusaha sepakat bahwa pemanfaatan sabut kelapa dapat membuka potensi ekonomi baru bagi masyarakat yang selama ini masih belum dapat terealisasikan secara jangka panjang.

Acara yang diselenggarakan oleh PT Karmic Virya Abadi (KVA) ini dihadiri oleh Camat Kateman, Pelangiran, Belengkong, dan Mandah, serta Lurah Amal Bakti, pengusaha kelapa, dan tokoh masyarakat. Founder & Director PT KVA, Wily Salim, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah melakukan penjajakan awal di Inhil sebagai sumber bahan baku utama. 

Rencananya, sabut kelapa dari Inhil akan dipasok ke Pulau Batam untuk diolah menjadi produk kimia yang mempunyai banyak fungsi salah satunya untuk bahan bakar kapal kontainer dan juga sebagai bahan baku dalam proses produksi biodiesel.

"Saat ini, yang disampaikan oleh masyarakat adalah sabut kelapa lebih banyak dibakar atau dibuang ke sungai. Padahal dengan pengolahan dan strategi logistik yang tepat, limbah ini bisa menjadi komoditas berekonomi dan menjadi tambahan sumber pengasilan bagi masyarakat Inhil. Namun memang yang menjadi tantangan selama ini adalah nilai produk akhir dan juga moda transportasi air yang mahal. Lain bedanya dengan India, di mana sabut kelapa telah menjadikan Negara Anak Benua tersebut sebagai eksportir cocopeat dan coco fiber terbesar di  dunia karena ongkos darat yang jauh lebih murah.” ujar Pak Wily Salim.

Menurutnya, kebutuhan inisiatif KVA terhadap sabut kelapa itu sangat besar, mencapai 700 ton per hari. Dengan hamparan perkebunan kelapa yang luas, Inhil dianggap sebagai wilayah strategis untuk memenuhi permintaan tersebut karena dekatnya dengan rute pelayaran utama dunia yaitu Selat Malaka.

Sabut kelapa mengandung lignoselulosa yang dapat diolah menjadi biometanol melalui beberapa tahapan, mulai dari pretreatment (pencacahan dan pengeringan), gasifikasi hingga distilasi/pemurnian. Bimetanol ini akan menjadi bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan serta memiliki nilai ekonomi tinggi.

Jika proyek ini terealisasikan, dampaknya bagi perekonomian lokal akan sangat besar. Masyarakat dapat berperan dalam berbagai sektor, mulai dari pengumpulan bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi. Selain itu, pemanfaatan sabut kelapa yang selama ini menjadi limbah juga akan mengurangi pencemaran lingkungan.

Meski demikian, para peserta diskusi menegaskan bahwa perlu ada sosialisasi lebih lanjut kepada masyarakat agar memahami manfaat dan peluang bisnis ini. Pemerintah daerah dan pelaku usaha diharapkan berkomitmen untuk merealisasikan proyek ini, bukan sekadar menjadikannya wacana.

Dengan potensi yang melimpah, Inhil berkesempatan menjadi pemain kunci dalam rantai pasokan industri biometanol yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan ekosistem ekonomi sirkuler yang lebih berkelanjutan. (Rep/Leman)

0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close