INDRAGIRI.com, Tembilahan - TK VIEDU Inklusi kembali membuktikan bahwa pendidikan tidak harus kaku untuk dapat menyentuh hati. Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan, sekolah ini menggelar kegiatan bertema “Pahlawan Masa Kini dalam Ragam Profesi” mengajak anak-anak melihat pahlawan bukan sebagai tokoh yang jauh di masa lalu, tetapi sebagai sosok yang hidup di sekitar mereka setiap hari.
Sejak pagi, suasana sekolah terasa lebih semarak. Anak-anak datang dengan pakaian profesi: ada yang memakai rompi dokter-dokteran, ada yang menjadi polisi cilik, ada yang membawa miniatur pemadam kebakaran, bahkan ada yang datang sebagai petani lengkap dengan topi caping. Semua lucu, tetapi juga penuh makna. Ragam profesi itu menjadi perayaan kecil atas keberagaman, sama seperti semangat inklusif yang menjadi identitas TK VIEDU.
Guru-guru memperkenalkan berbagai profesi yang berjasa dalam kehidupan sehari-hari. Alih-alih hanya bercerita tentang pahlawan nasional, anak-anak diajak mengenali pahlawan kontemporer: tenaga kesehatan, petani, guru, relawan, nelayan, petugas kebersihan, hingga para ibu rumah tangga yang menjadi soko guru keluarga. Kehangatan terasa mengalir ketika anak-anak mulai menyadari bahwa pahlawan sejati terkadang tinggal serumah dengan mereka.
Sesi paling menyentuh terjadi saat setiap anak memilih “pahlawan masa kini” versi pribadi. Ada yang bercerita tentang ayah yang bekerja sebagai mekanik, ada yang menyebut ibunya yang mengajar mengaji, ada pula yang memuji petugas keamanan sekolah yang setiap pagi menyapa mereka dengan senyum. Kesederhanaan itu terasa seperti puisi yang lahir spontan dari hati anak-anak.
Kepala TK VIEDU Inklusi Ibu Lily Elwina, M.Psi, Psikolog, menegaskan bahwa mengenalkan konsep kepahlawanan sejak dini penting untuk membangun karakter. Ia mengatakan bahwa keberanian, ketekunan, dan pelayanan kepada sesama jauh lebih besar nilainya daripada simbol-simbol heroik yang sering kita lihat. “Pahlawan masa kini adalah mereka yang menjalankan profesinya dengan hati. Dan anak-anak perlu mengetahui bahwa mereka pun bisa menjadi pahlawan suatu hari nanti, apa pun profesi yang mereka pilih.” ungkapnya.
Acara ditutup dengan “Parade Profesi Pahlawan Kecil”, sebuah momen yang membuat halaman sekolah terasa seperti panggung kecil harapan. Anak-anak melambaikan tangan sambil menyebut profesi impian mereka. Ada yang ingin menjadi dokter, ada yang ingin menjadi tentara, ada yang ingin menjadi guru, dan ada yang polos berkata, “Aku ingin jadi orang baik saja.” Terkadang jawaban paling sederhana adalah kebenaran yang paling tajam.
Melalui kegiatan ini, TK VIEDU Inklusi kembali menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi tentang membentuk mata yang mampu melihat kebaikan di mana-mana. Hari Pahlawan pun hadir bukan sebagai nostalgia, melainkan sebagai ajakan untuk merayakan para penjaga kehidupan masa kini. (*)


0 Komentar