![]() |
| Prof. Dr. Khairunnas Rajab Guru Besar Psikologi Islam |
INDRAGIRI.com, OPINI - Hasad adalah penyakit hati yang membuat seseorang tidak senang melihat nikmat yang Allah berikan kepada orang lain—bahkan berharap nikmat itu hilang dan berpindah kepadanya.
Secara etimologis, hasad berasal dari kata Arab حسد yang berarti keinginan agar nikmat orang lain lenyap. Secara terminologis, hasad adalah penolakan batin terhadap ketetapan Allah ketika Ia memberikan karunia kepada hamba lain.
Ibnu ‘Atha’illah menyebut hasad sebagai bentuk ketidaksenangan hati terhadap pembagian Allah. Imam al-Ghazali bahkan menegaskannya sebagai penyakit hati paling berbahaya, karena ia membakar pelakunya lebih dahulu sebelum membakar orang yang dihasadi. Dalam Ihya’ ‘Ulum al-Din, al-Ghazali menggambarkan hasad sebagai api yang menggerogoti amal sebagaimana api melahap kayu kering—lahir dari cinta dunia, kesombongan, dan keinginan untuk selalu unggul.
Ibnu Miskawaih memandang hasad sebagai kerusakan karakter akibat ketidakseimbangan jiwa, ketika seseorang gagal mengatur nafsu dan tidak mampu menerima kebaikan pada diri orang lain.
Hasad adalah distorsi akhlak yang merampas ketenangan batin, mempersempit hati, dan melahirkan kebencian terhadap nikmat Allah yang diberikan kepada orang lain. Ia tumbuh dari tumpukan kelemahan moral: cinta keunggulan, ambisi tidak sehat, dan ketidakmampuan menerima kebijaksanaan Allah dalam membagi rezeki.
Hasad dalam Sejarah: Dari Qabil hingga Saudara-saudara Yusuf
Sejak awal penciptaan manusia, hasad telah menjadi energi destruktif yang menjerumuskan manusia pada kejahatan besar.
Qabil membunuh Habil karena hasad—ia tidak rela Allah menerima kurban saudaranya. Ia menolak memperbaiki diri, memilih tenggelam dalam rasa iri, dan menganggap keberhasilan saudaranya sebagai ancaman bagi harga diri.
Sejarah berulang dalam kisah Nabi Yusuf AS. Saudara-saudaranya dikuasai hasad karena melihat kasih sayang ayah lebih condong kepada Yusuf serta karena mimpi Yusuf yang menandakan masa depannya yang mulia.
Hasad itu berubah menjadi kebencian, lalu niat jahat, hingga mereka merancang pembunuhan. Begitu dahsyat daya dorong hasad: ia mampu mengubah saudara menjadi musuh.
Dampak Psikologis: Hasad Menghancurkan dari Dalam
Secara psikologis, hasad adalah racun yang menghancurkan jiwa pelakunya sendiri.
Ia:
melemahkan stabilitas emosi,
menimbulkan stres kronis,
melahirkan distorsi kognitif,
menguras energi mental,
memicu depresi laten dan kegelisahan berkepanjangan.
Orang yang terjangkit hasad hidup dalam rasa sempit setiap kali melihat orang lain memperoleh nikmat. Energinya habis untuk memikirkan kejatuhan orang lain hingga lupa membangun dirinya sendiri.
Hasad juga menghancurkan hubungan interpersonal: melahirkan sikap sinis, sulit bersyukur, sulit menghargai keberhasilan orang lain, dan mendorong perilaku agresif maupun pasif-agresif.
Akibatnya muncul karakter rapuh yang mudah tersinggung, kehilangan ketenangan batin, dan tidak mampu fokus pada pengembangan diri.
Dampak Sosial: Merusak Ikatan Kemanusiaan
Dari perspektif sosial, hasad membangun lingkungan penuh kecurigaan, permusuhan terselubung, dan kompetisi negatif. Ia menumbuhkan iklim tidak sehat dalam keluarga, pertemanan, maupun lingkungan kerja.
Orang yang dikuasai hasad tidak hanya merusak dirinya sendiri, tetapi menyebarkan energi negatif yang mengganggu stabilitas sosial.
Hasad membuat manusia menyempitkan makna keberhasilan pada diri sendiri, sehingga keberhasilan orang lain terasa mengancam, bukan menginspirasi.
Integritas sosial pun tergerus, karena hubungan antarmanusia menjadi arena pembandingan dan kecemburuan.
Dampak Spiritual: Menutup Pintu Syukur
Secara spiritual, hasad menutup pintu:
syukur,
ridha,
keikhlasan,
dan ketenangan jiwa.
Hasad mengganggu hubungan seseorang dengan Allah, karena pada hakikatnya hasad adalah penolakan halus terhadap ketetapan Ilahi. Hati yang dipenuhi hasad sulit menerima takdir, sulit merasakan nikmat, dan sulit melihat kebijaksanaan Allah dalam pembagian rezeki. Ia menghalangi pertumbuhan spiritual, memutus koneksi jiwa dengan nilai-nilai ilahiah, dan menjerumuskan seseorang dalam penderitaan batin yang terus berulang.
Hasad: Benih Integritas yang Hilang
Hasad meruntuhkan integritas pribadi dan menghancurkan nilai-nilai luhur dalam diri. Tanpa integritas jujur pada diri sendiri, ridha pada Allah, dan tulus terhadap sesama iwa kehilangan arah dan stabilitas.
Hasad memerangkap manusia dalam lingkaran penderitaan batin: gelisah ketika orang lain sukses, tetapi tidak juga merasa tenang ketika orang lain gagal.
Dengan daya destruktifnya yang menyeluruh terhadap aspek psikologis, sosial, dan spiritual, hasad menjadi penyakit yang harus segera dieliminasi.
Menghilangkan hasad adalah langkah esensial untuk:
menjaga kesehatan jiwa,
memulihkan relasi sosial,
dan membuka jalan menuju kematangan spiritual.
Hasad harus dibersihkan agar manusia kembali pada fitrahnya:
tenang, ridha, bersyukur, dan berintegritas.
Allāhu a‘lam biṣ-ṣhawāb.

0 Komentar