Breaking News

Netnografi: Ketika Penelitian Turun ke Lapangan Digital | Sudirman Anwar

6

INDRAGIRI.com, OPINI - Beberapa tahun lalu, ketika orang bicara “turun lapangan”, gambarnya jelas: peneliti membawa buku catatan, bertemu masyarakat, duduk di balai desa, mengamati kebiasaan, dan menuliskan semua dinamika sosial yang terjadi.

Tetapi zaman berubah. Manusia tidak hanya ada di dunia nyata. Mereka menciptakan “kampung digital” baru: grup WhatsApp, forum diskusi, komunitas Facebook, fandom anime, hingga koloni kecil di TikTok dengan bahasa dan budaya sendiri.

Di sinilah netnografi lahir—sebuah cara membaca kehidupan manusia yang pindah rumah ke dunia maya.


Apa Itu Netnografi?

Netnografi (netnography) adalah metode penelitian kualitatif yang mempelajari perilaku, budaya, interaksi, dan identitas masyarakat di ruang digital.

Istilah ini diperkenalkan oleh Robert Kozinets, seorang profesor pemasaran yang melihat bahwa komunitas online memiliki:

aturan, norma, dialek, simbol, ritual, konflik, solidaritas, yang sama kompleksnya dengan komunitas dunia nyata. Bedanya hanya satu: semuanya terjadi lewat layar.

Kalau dulu penelitian etnografi dilakukan di kampung, sekarang peneliti bisa ke “kampung komentar”, “desa fandom K-Pop”, atau “pasar digital Shopee” untuk memahami perilaku manusia.


Kenapa Netnografi Penting?

Karena manusia sekarang hidup di dua dunia:

fisik dan digital.

Kita berbelanja online, bertengkar online, jatuh cinta online, berdebat politik online, bahkan mencari jati diri pun online.

Tanpa memahami ruang digital, penelitian sosial terasa pincang.

Ada bagian besar hidup manusia modern yang tidak tersentuh.

Netnografi membantu kita memahami:

kenapa orang percaya hoaks, bagaimana brand menciptakan loyalitas, bagaimana budaya fanatik terbentuk, bagaimana bullying menyebar, bagaimana identitas digital mempengaruhi dunia nyata, bagaimana masyarakat bergerak tanpa bertatap muka.

Singkatnya, netnografi memperlihatkan “jiwa” internet.


Bagaimana Cara Kerjanya?

Sama seperti etnografi, tetapi lokasi penelitiannya adalah media sosial atau komunitas daring.

Peneliti:


1. Mengamati interaksi: komentar, postingan, reaksi.

2. Mencatat pola bahasa dan perilaku.

3. Bergabung secara etis dalam komunitas (observer atau participant).

4. Menganalisis budaya yang muncul.

5. Menafsirkan apa makna sosial di balik interaksi digital.

Di sini peneliti bukan sekadar “scrolling”,

tetapi “mengamati kehidupan”.


Apa yang Membuat Netnografi Menarik?

Karena internet itu jujur dengan caranya yang unik. Orang sering menulis hal-hal yang tidak berani mereka ucapkan di dunia nyata.

Emosi muncul lebih spontan.

Konflik lebih cepat.

Solidaritas lebih hangat.

Dan budaya muncul tanpa formalitas.

Netnografi menangkap bagian paling rawan sekaligus paling manusiawi dari kehidupan digital.


Dunia Berubah, Cara Menelitinya Pun Harus Berubah

Jika etnografi mengajari kita memahami dunia nyata, netnografi mengajari kita memahami dunia yang entah bagaimana sekarang terasa sama nyatanya.

Ketika manusia bermigrasi ke ruang digital, peneliti pun harus ikut mengintip ke sana. Tidak untuk menghakimi, tetapi untuk memahami.

Karena budaya tidak lagi hanya hidup di pasar tradisional, upacara adat, atau rapat RT. Budaya juga hidup di kolom komentar, Discord server, dan grup Telegram yang tak pernah tidur.

Dan di sinilah netnografi bekerja: membaca manusia dari jejak digitalnya. (*)


0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close