Breaking News

Keteduhan hati, Indikator Kesehatan Mental Paripurna | Prof. Dr. Khairunnas Rajab

 

INDRAGIRI.com, OPINI - Keteduhan hati adalah respons positif dari jiwa yang seimbang—ketika akal, hati (qalbu), dan emosi (nafs) berada dalam harmoni yang utuh. Keteduhan ini bukan sesuatu yang datang tiba-tiba, melainkan dibentuk melalui kesadaran spiritual dan zikir yang konsisten, hingga jiwa menjadi tenang, batin terasa damai, dan kesehatan mental tetap terjaga.

Keteduhan hati adalah wujud terdalam dari tauhid—keyakinan bahwa hanya Allah tempat bergantung dan berserah diri. Dari kesadaran tauhid inilah lahir akhlak yang lembut, sikap hidup yang penuh kasih, dan jiwa yang tak mudah terguncang oleh hiruk pikuk dunia.


Tauhid: Fondasi Ketenangan Batin

Tauhid uluhiyah, yakni pengakuan bahwa hanya Allah yang berhak disembah, ditaati, dan dicintai secara mutlak, menjadi akar dari keteduhan hati. Dalam perspektif ini, segala bentuk penghambaan kepada selain-Nya ditolak dengan tegas. Ketika tauhid ini tertanam dalam jiwa, maka segala aktivitas hidup pun menjadi bagian dari ibadah dan pengabdian.

Al-Qur’an menegaskan:

> "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram."

(QS. Ar-Ra’d: 28)

Zikir kepada Allah tidak hanya menenangkan hati, tapi juga memutus ketergantungan pada makhluk. Tauhid yang murni melepaskan manusia dari tekanan dunia, dan meneguhkan jiwa dalam ketenangan yang hakiki.


Tauhid dan Kesehatan Mental

Tauhid rububiyah, yakni keyakinan bahwa Allah adalah pencipta, pengatur, dan pemilik seluruh kehidupan, membentuk kesadaran eksistensial bahwa hidup ini berada dalam kendali yang sempurna. Segala sesuatu tidak terjadi secara acak, tapi diatur dengan penuh hikmah.

Kesadaran ini menghasilkan kesehatan mental yang stabil, karena seorang mukmin menyadari bahwa hidupnya berada dalam tatanan ilahi, bukan kekacauan. Ia menjadi pribadi yang lapang dada, kuat menghadapi ujian, dan sabar dalam menerima takdir.

Dengan menghayati tauhid uluhiyah dan rububiyah, seorang mukmin mampu menjaga keseimbangan batin dan orientasi hidup yang tertuju hanya kepada Allah. Ia akan merasakan keteduhan hati, ketenangan jiwa, dan ketangguhan mental dalam menghadapi dinamika hidup.


Tauhid sebagai Psikoterapi Islam

Hubungan antara keteduhan hati dan kesehatan mental dapat dirumuskan dalam pendekatan psikoterapi Islam. Jika tauhid dijadikan sebagai fondasi utama, maka akan terbentuk metodologi penyembuhan jiwa yang holistik, solutif, dan integratif.

Dengan menjadikan tauhid sebagai pusat terapi, Islam menawarkan pendekatan psikologi yang tidak hanya menyentuh aspek kognitif dan emosional, tetapi juga spiritual-transendental. Ketika hati terhubung dengan Allah, maka seluruh luka batin, kegelisahan, dan ketakutan hidup dapat disembuhkan dengan kasih sayang dan keimanan.

Keteduhan hati adalah bukti nyata dari kesehatan mental yang paripurna, dan tauhid adalah jembatan utamanya.


Allahu a’lam bish-shawab.


0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close