Breaking News

“Bukan sekedar Ngajak, Tapi nyentuh Hati : Saat Etika bertemu Dakwah” | Siti Fatimah, M. Sos.

 


INDRAGIRI.com, OPINI - Dakwah merupakan bagian penting dari kehidupan umat Islam. Melalui dakwah, nilai-nilai Islam disampaikan agar umat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dakwah tidak hanya tentang menyampaikan pesan kebenaran. Lebih dari itu, dakwah juga menuntut cara penyampaian yang baik, sopan, dan beretika. Sebab, pesan yang benar sekalipun bisa ditolak jika disampaikan dengan cara yang salah. Di sinilah pentingnya etika dakwah suatu pedoman moral bagi para pendakwah agar aktivitas dakwah berjalan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang penuh kasih, kebijaksanaan, dan kejujuran.

Yuk,,,, Mengenal Pengertian Etika Dakwah : Biar Ngomong Nggak Asal Nyampaiin Kebenaran!!

Pernah gak sihh dengar, seorang Da’I  berdakwah nada dakwahnya bikin telinga panas?? Atau ada yang niatnya mau nyampaikan kebaikan , tapi cara penyampaiannya malah bikin mad’u kabur duluan??

Nah di sinilah pentingnya Da’I memahami apa itu Etika Dakwah. Dakwah itu bukan Cuma soal”ngomong benar tapi “ngomong dengan cara yang benar”

 Rasulullah ﷺ sendiri adalah contoh terbaik dalam hal ini. Beliau nggak cuma pandai berbicara, tapi juga tahu kapan harus diam, bagaimana bersikap, dan bagaimana menyentuh hati tanpa menyinggung perasaan orang lain.

Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti kebiasaan, watak, atau karakter. Dalam konteks Islam, etika identik dengan akhlak, yaitu perilaku baik yang muncul dari hati yang tulus dan iman yang kuat. Etika mengajarkan manusia untuk membedakan antara yang baik dan buruk, benar dan salah, serta mendorong seseorang agar bertindak sesuai nilai-nilai moral yang luhur.

Sementara itu, dakwah berarti ajakan atau seruan kepada kebaikan, mengajak manusia menuju jalan Allah dengan penuh kesadaran. Maka, etika dakwah dapat diartikan sebagai seperangkat nilai moral dan aturan perilaku yang menjadi pedoman bagi seorang da’i dalam menyampaikan ajaran Islam. Dakwah tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang keras, memaksa, atau menyinggung perasaan orang lain. Dakwah yang benar harus disampaikan dengan lembut, penuh kasih, dan menghormati kebebasan orang lain untuk menerima atau menolak pesan yang disampaikan.

Etika dakwah juga menuntut keikhlasan. Seorang da’i tidak boleh menjadikan dakwah sebagai alat mencari keuntungan pribadi, popularitas, atau kekuasaan. Bila dakwah dilakukan karena kepentingan duniawi, maka nilai spiritualnya hilang. Sebaliknya, dakwah yang berlandaskan keikhlasan akan membawa berkah dan ketenangan, baik bagi penyampai maupun pendengarnya.

Dalam Al-Qur’an, Allah telah menegaskan prinsip dasar etika dakwah dalam QS. An-Nahl ayat 125: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang baik.” Ayat ini menunjukkan bahwa etika dakwah mencakup tiga hal penting: hikmah (kebijaksanaan), mau‘izhah hasanah (nasihat yang baik), dan mujadalah billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang santun). Dengan kata lain, dakwah harus dilakukan dengan pemikiran matang, komunikasi yang lembut, serta sikap menghargai perbedaan.


Mengapa Etika Dakwah Itu Penting?

Bayangkan ketika lagi ingin menyampaikan kebenaran, tapi nadanya nyolot, bahasanya kasar atau malah menjatuhkan orang lain. Pesan yang seharusnya indah malah jadi bikin luka.

Etika dakwah membantu agar pesan Islam diterima dengan hati terbuka, bukan dengan telinga yang panas.

Selain itu,,, etika dakwah juga membuat da’i lebih bijak dalam menilai situasi karena beda tempat, beda pula cara menyampaikan pesan. Misalnya, berdakwah di media sosial tentu beda gayanya dengan ceramah di masjid, kan?

Etika dakwah sangat penting karena ia menjadi penentu arah, kualitas, dan keberhasilan misi dakwah itu sendiri. Ada beberapa alasan utama mengapa etika dakwah memiliki urgensi yang tinggi.

Pertama, karena Islam adalah agama yang mulia. Kemuliaan Islam hanya dapat dipertahankan bila disampaikan melalui cara yang mulia pula. Jika seorang da’i berdakwah dengan cara menghina, mencaci, atau menjelekkan pihak lain, maka kemuliaan Islam akan tercoreng. Dakwah seperti ini tidak mencerminkan ajaran Islam yang damai dan penuh rahmat

Kedua, etika dakwah menjamin efektivitas penyampaian pesan. Dakwah yang santun dan bijaksana akan lebih mudah diterima masyarakat dibandingkan dakwah yang kaku dan memaksa. Manusia pada dasarnya memiliki fitrah untuk mencintai kebaikan, namun mereka juga sensitif terhadap cara penyampaiannya. Oleh karena itu, keberhasilan dakwah tidak hanya bergantung pada isi pesan, tetapi juga pada bagaimana pesan itu disampaikan.

Ketiga, etika dakwah menjadi dasar profesionalisme seorang da’i. Da’i yang etis akan menjaga lisannya dari ucapan yang menyinggung, memegang teguh kejujuran, menghargai pendapat orang lain, dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi mad’u (objek dakwah). Profesionalisme seorang da’i tidak hanya dinilai dari kemampuan berbicara, tetapi juga dari integritas moral dan keteladanannya dalam kehidupan sehari-hari.

Etika dakwah memang sangat penting dalam menyampaikan pesan Islam. Dengan memahami dan mengamalkan etika dakwah, seorang da'i dapat menyampaikan pesan dengan lebih efektif dan membangun hubungan yang baik dengan masyarakat. Beberapa poin penting tentang etika dakwah yang disampaikan dalam teks tersebut antara lain :

1. Etika dakwah sebagai pedoman moral: Etika dakwah menjadi pedoman bagi da'i dalam menyampaikan pesan Islam dengan cara yang baik dan sopan.

2. Pentingnya hikmah dan nasihat yang baik: Dakwah harus dilakukan dengan pemikiran matang dan komunikasi yang lembut.

3. Menghargai perbedaan: Etika dakwah menuntut da'i untuk menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak.

4. Keikhlasan: Dakwah harus dilakukan dengan niat yang ikhlas dan tidak mencari keuntungan pribadi.

Dengan memahami dan mengamalkan etika dakwah, seorang da'i dapat menjadi teladan bagi masyarakat dan menyampaikan pesan Islam dengan lebih efektif

Etika dakwah juga menuntun da’i agar memahami konteks sosial budaya masyarakat. Cara berdakwah kepada kalangan akademisi tentu berbeda dengan cara berdakwah kepada masyarakat pedesaan atau anak muda. Tanpa memahami konteks ini, dakwah bisa kehilangan daya sentuhnya. Oleh sebab itu, etika membantu da’i bersikap fleksibel, tetapi tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam yang universal.

Nahhhhh, perlu diketahui : Etika Dakwah dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam praktiknya, etika dakwah bukan hal yang rumit. Ia bisa diwujudkan melalui hal-hal sederhana: berkata lembut, menghormati lawan bicara, tidak menjelekkan pihak lain, serta berusaha menjadi teladan bagi masyarakat. Rasulullah SAW adalah contoh terbaik dalam hal ini. Beliau tidak hanya menyeru umat dengan kata-kata, tetapi juga menunjukkan akhlak yang mulia dalam perilaku sehari-hari. Keteladanan inilah yang membuat banyak orang tertarik pada Islam, bahkan tanpa perlu banyak perdebatan.

Dakwah yang beretika akan menciptakan suasana yang damai dan menyatukan, bukan memecah-belah. Dengan etika, dakwah menjadi sarana memperbaiki umat, bukan menghakimi. Etika juga menjaga agar da’i tetap rendah hati, tidak merasa paling benar, serta selalu terbuka terhadap kritik dan masukan. 

-----------

Siti Fatimah, M.Sos, Kaprodi Komisi Penyiaran Islam, IAI Ar-Risalah INHIL RIAU. Selain itu ia juga aktif dibeberapa organisasi Masyarakat.

0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close